(sumber gambar: blogmahasiswakeren.blogspot.com)
Seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi maka terjadilah yang namanya era keberlimpahan informasi,
atau bahasa kerennya adalah Abundance Age.
Era keberlimpahan informasi adalah era dimana terjadi banjir informasi. Banjir informasi
ini bukan berarti lembaran-lembaran koran membanjiri rumah kita layaknya banjir
air. Bukan berarti pula era banjir informasi ini era dimana setiap hari kita
digembar-gembor kan dengan informasi (ya benarpun bisa jadi juga seperti ini
sih gambarannya).
Era Abundance yang sedang kita
hadapi adalah informasi yang tak kasat mata. Jika kita bayangkan kita sedang
berada di ruangan kosong dan kita sendirian, padahal sebenarnya kira tidak
sendirian. Kita tengah dibanjiri oleh aliran informasi digital yang tak kasat
mata dan sedang berseliweran melewati kita. Saat kita membuka koneksi internet
melalui laptop, kompoter atau gawai kita, maka seketika banjir itu beralih ke
perangkat-perangkat tersebut.
Selanjutnya adalah, ibarat sedang
mencari ikan di kolam, kolam yang mulanya jernih dan terlihat ikannya kini
dipenuhi dengan sampah. Kolah itu sudah tidak jernih dan pasti kita akan
kesulitan untuk menangkap ikan dalam kolam tersebut. Bahkan tidak menurut
kemungkinan kita bahkan akan salah sangka yang kita kira ikan ternyata adalah
sampah.
Begitu halnya dengan informasi di
dunia maya. Karena peningkatan jumlah pengguna smartphone dan pengguna internet yang pada akhirnya meningkatkan jumlah unggahan status di data
cloud, maka terjadilah banjir informasi itu tadi. Ibarat banjir itu membawa
sampah karena membawa informasi yang tidak bermanfaat, maka keruhlah kolam itu,
dan informasi bermanfaat dan berbobot yang mulanya terlihat jelas menjadi samar
dan bahkan bias bercampur dengan informasi sampah.
Oleh karena nya, sebagai pengguna
kita harus bisa memilah dan memilih mana informasi yang baik dan valid dan mana
yang tidak. Informasi yang baik tanpa ada validasi tak ubahnya berita bohong. Informasi
valid tapi tidak baik pun tak ubahnya api yang disulutkan pada sabut yang mudah
terbakar. Pengguna yang bijak dan tau cara membedakan informasi yang baik dan
valid akan membantu menekan tingkat penyebaran berita hoax.
Sebenarnya ada beberapa langkah
sederhana untuk menguji validitas suatu informasi, lebih tepatnya ada delapan
langkah yang telah disepakati oleh The International Federation of Library Associations and
Institutions (IFLA). Untuk mempermudah pemahaman tentang 8 langkah bisa juga
nih baca di sini.
0 komentar:
Posting Komentar