Recent Post

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 29 Oktober 2019

Mbah Google juga Per-pusataka-an?!


(sumber gambar: rizkyandika3008.blogspot.com)

#Sama-sama tempat mendapatkan informasi

Dalam UU 43 2007 Tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa perpustakan memiliki 5 peran fungsi. Yakni untuk bidang pendidikan, penelitian, pelertarian, informasi, dan rekreasi. Oke sekarang kita fokuskan pada peran perpustakaan sebagai penyedia informasi. Generasi milenial sekarang ini pastilah tidak asing dengan aplikasi search engine yang akrab disapa mbah Google. Sesuai dengan jenisnya, search engine, atau istilah indonesianya adalah mesin pencari. Iya mencari. Google membantu kita untuk mencari informasi yang kita butuhkan. Tidak heran kan kalau kita bingung atau tersesat disuatu tempat  dan saat kita malu untuk bertanya dan ndilalah di smartphone kita ada kuota berlimpah, pastilah yang akan menjadi tempat bertanya adalah si mbah google ini.

Lebih-lebih sekarang ini sudah ada banyak aplikasi yang dikembangkan oleh google untuk membantu sekaligus “memanjakan” usernya. Mulai dari search engine google itu sendiri, google calendar, hingga yang paling fenomenal google assistant. Hanya dengan menekan tombol home yang lama maka mbak google assistant akan nongol dan menyapa “Hai…(nama pengguna smartphone), ada yang bisa saya bantu”, dan inginku berkata “iya mbak google, aku jomblo, bantu akuuuh…T_T”, batinku sih tapi. Eh malah oleng.

Oke, kembali ke mbah google. Pada intinya setiap kita membutuhkan informasi, mencari jawaban pertanyaan, mencari contekan bahkan (jangan dibiasakan lhur), yang muncul dibenak kita pertama kali pastilah google.  “digoogling aja” sambil bergumam seperti ini nih.

Lalu, bagaimana dengan perpustakaan?, bukankah sesuai UU 43 2007 Pasal 1 ayat 1 salah satu peran fungsi perpustakaan adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi?, pertanyaannya, sudahkah perpustakaan memenuhi kebutuhan informasi kita?. (Duh, pertanyaannya berat lhur :( )

Idealnya, idealnya ya, perpustakaan merupakan lembaga yang bisa kita mintai untuk memenuhi kebutuhan informasi yang kita butuhkan, menjawab pertanyaan yang kita pertanyakan, dan memberikan arahan atau saran bagaimana baiknya keputusan yang kita ambil atas permasalahan kita. Tapi realitanya belum demikian. Perpustakaan masih disibukkan dengan pengembangan koleksi cetak ataupun digital, pengelolaan koleksi, urusan administrasi untuk akreditasi bahkan. Dan suka tidak suka, perpustakaan sebagai lembaga formal pastilah memiliki aturan administrasinya sendiri, tidak bisa kog perpustakaan itu menata atau mengembangkan koleksinya secara sembarangan, atau membuat laporan administratif yang sembarangan.

Realitanya, sepengamatan mata saya perpustakaan masih dalam tahap untuk bagaimana pemustaka atau masyarakat suka untuk berkunjung ke perpustakaan, atau kalaupun belum ke arah berkunjung minimal menanamkan suka dengan perpustakaan dulu. Dan ini bukanlah langkah yang salah.

Mengapa demikian?

Sekarang kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Kenapa kita lebih memilih untuk menggunakan google daripada perpustakaan?. Alasan yang akan kita utarakan pasti tidak jauh dari praktis, efisien, cepat, update, bisa dilakukan kapanpun dimanapun, bisa diakses dengan smartphone, tablet, computer atau PC”, sebab saya pun juga berpikir demikian. Dan lagi saat kita punya pertanyaan yang ingin dijawab pastilah yang akan kita tanyai dulu adalah google, ya kan?!. Pun kalaupun kita menanyakan atau mencarinya ke perpustakaan ya ujung-ujungnya googling lagi.

Meskipun demikian, baik perpustakaan maupun google sebagai penyedia informasi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masin-masing. Jika kelebihan google sepeti saya jabarkan pada paragraf di atas paragraf ini, maka kelebihan perpustakaan sebagai penyedia informasi diantaranya sebagai berikut.

1. Pustakawan, saat kita mencari informasi di perpustakaan tapi kita tidak bisa menemukan jawabannya karena mencari sendiri, kita tak ubahnya ikan yang kehausan dikolam. Manfaatkan fasilitas yang ada  di perpustakaan, pustakawan pun juga bisa kita mintai bantuan. Eh btw pustakawan itu apa?. Sederhanaya pustakawan adalah seorang ahli yang punya backround pendidikan formal maupun pelatihan dibidang kepustakaan. Bahasa tsadis nya sebut saja penjaga perpus :(. Kemampuan kita saat mencari informasi pastilah akan berbeda dengan kemampuan pustakawan saat mencari informasi. Kalau kita nyari di google kan g ada pustakawannya, apa iya kita mau nanya admin belakang layarnya google. hee

2. Kawan diskusi. Iya sih kita bisa mencari jawaban sendiri dari google, tapi biasanya, bahkan saya sendiri seringnya juga begitu, saat mencari informasi di google kita pasti sendiri. Jarang kita lakukan dengan teman se-genk. Saat kita mencari informasi diperpustakaan, pastilah ada banyak teman dan orang yang bisa kita ajak diskusi untuk memperdalam informasi  yang kita dapat. Baik dengan adik kelas, kakak kelas, dengan guru atau dosen, atau bahkan dengan pustakawan itu sendiri sekalipun.

3. Hemat kuota. Perpustakaan jaman sekarang ga ada wifi atau wifinya lelet, hmmm, pastilah perpusnya sepi, haha. Hotspot area merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi kalangan milenial untuk berkunjung ke perpustakaan. Meskipun tidak seberapa, tapi lumayan lah untuk menghemat kuota, apalagi untuk kalangan anak kos.

Oke, sampai sini sudah tau kan kelebihan masing-masing, baik google maupun perpustakaan.

Sudah selesai kah pembahasannya?!

Eh beluuuum, jawaban dari judul bagian ini belum  kejawab tuh. Hehe

Apakah google juga perpustakaan?

Menurut pandangan liar saya, google (sebagai search engine) bukan perpustakaan. Jika kita memaknai perpustakaan sebagai tempat penyimpanan dan pengelola informasi atau pengetahuan, maka jika di dalam konteks google ya database google nya itulah perpustakaannya. Google ibarat pustakawan yang membantu kita untuk mencari informasi. Lalu, bukankah berarti google itu  sama dengan pustakawan?. Kembali saya menggunakan pendapat liar saya, tidak juga. Pustakawan adalah sebuah jabatan yang didalamnya ada tanggungjawab moral yang perlu diamalkan. Sedangkan google adalah sebuah alat. Idealnya google itu sendiri merupakan tools pembantu untuk pustakawan. Maka sangat tidak etis apabila menyatakan bahwa google lebih dari pustakawan ataupun perpustakaan. Pun diawal pengembangannya apakah google diciptakan untuk menyaingi perpustakaan atau pustakawan?, tidak kan?!. Oleh karena itu google degan perpustakaan dan pustakawan tidak bisa dibandingkan karena keduanya adalah dua hal yang berbeda namun bisa saling bersinergi untuk menguatkan satu sama lain.

"Google sebagai tool untuk mencari informasi dan pustakawan sebagai operator dari google itu sendiri dengan kemampuannya memaksimalkan manfaat search engine google."



Tentunya akan sangat bagus ya jika idealisme ini bisa menjadi kenyataan…. :D

Senin, 28 Oktober 2019

Per-Pustaka-an


(sumber gambar: freerangestock.com)

Mengenakan seragam merah putih, saat jam istirahat, atau saat diminta guru mengambil buku paket. Yah, sejak SD kita sudah kenal dengan per-pustaka-an. Sesederhana apapun sekolah kita dulu pasti ada per-pustaka-an. Atau kalaupun tidak ada bentuknya, alias cuma plang nama per-pustaka-an pastilah ada. Sebab perpustakaan merupakan salah satu sarana wajib penyelenggaraan pendidikan formal. Yah meskipun sesuatu yang wajib itu sering kali masih dipandang sebelah mata.
Oke, sekarang, saat kita ditanya apa yang tergambar dibenak kita saat ditanya “apa itu per-pustaka-an?”. Buku, bangunan, ruang, tempat menyimpan buku. Benar, ya memang benar!, tapi tidak sesederhana itu. Kembali merujuk pada UU No 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan, dalam pasal 1 ayat 1, Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. 
Nah, setelah mengenal perpustakaan secara yuridis, mari kita ulas secara liar. Sopo toh si per-pustaka-an iku?!. Berkuliah di prodi Ilmu Perpustakaan Fakultasa Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memberikan perspektif baru bagi saya dalam memaknai si per-pustaka-an ini. Bagi orang yang masih awal mengenal prodi ini memang dan pasti kebanyakan merasa bingung, “perpustakaan kog ada ilmunya, emang apa sih yang dipelajari?!, toh pekerjaannya kan noto(menata dalam bahasa Jawa) buku?!, bahkan sampai ada yang menulis opini di blog mengenai reaksi orang saat mengetahui prodi ilmu perpustakaan.
Kembali ke pembahasan per-pustaka-an dari sudut pandang liar. Physicly (secara fisik), memang benar bahwa perpustakaan mengelola buku—Catat, mengelola, bukan hanya sekedar menata, itu artinya buku  itu diberdayakan agar bermanfaat, tidak hanya sekedar dipajang di rak—namun secara tersirat, lebih dari itu,  per-pustaka-an hakikatnya mengelola ilmu pengetahuan (Knowledge Management). Bukankah materi yang dimuat di buku dalam bentuk tulisan itu adalah ilmu pengetahuan?. Tidak mengherankan jika ada pernyataan “buku adalah jendela dunia”. Sebab dengan membaca maka kita akan mendapatkan pengetahuan, wawasan baru yang terkandung didalam buku itu sendiri.
Selain itu,...

 —pembahasannya dilanjut pada bagian selanjutnya, hehe—

Aku Seorang Pemustaka(Wan)


(sumber gambar: travel.dream.co.id)

#Berlibur ke Perpustakaan

Saat kita akan berlibur dan ingin hang out ke suatu tempat, pastinya tempat yang akan kita kunjungi tidak jauh dari gunung, pantai, mall mungkin. Bagaimana kalau saya ajak anda untuk mengisi masa liburan anda dengan berkunjung ke perpustakaan. Hmmm, bisa po berlibur ke perpustakaan?, emang di perpustakaan bisa apa?, nggak ada tempat bermainnya tuh?
Ya, saya sepakat dengan pertanyaan-pertanyaan di atas. Kog bisa rekreasi ke perpustakaan?!. Bukannya dapat liburan, bisa jadi malah dapat teguran dari pustakawan. Dan itu mungkin. Bahkan sangat mungkin.
Paradigma bahwa perpustakaan adalah tempat yang sakral masih benar-benar melekat di benak kita. Aktivitas yang bisa kita lakukan di perpustakaan tidak lain dari membaca buku, pinjam buku, ngerjakan tugas, skripsian, atau untuk perpustakaan yang jarang pengunjungnya buat rehat, bobok siang, lari dari pelajaran guru mapel yang tidak disukai (karena dulu pun saya juga begitu, Haha).
Tapi tahukah anda, perpustakaan sebagai tempat rekreasi merupakan hal yang sangat mungkin ada, bahkan bisa jadi prioritas perpustakaan. Bahkan peran perpustakaan sebagai wahana rekreasi ini telah diundangkan. Tepatnya pada Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan pasal 1, ayat 1. Lebih jelasnya di dalam pasal 1 ayat 1 UU No 43 ’07 tersebut dijelaskah bahwa peran fungsi perpustakaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan juga rekreasi.
Oke, tapi pada kenyataannya kenapa perpustakaan masih terasa “sakral” dan “kurang rekreatif”. Kenyataan terkadang beda dari idealisme. UU 43 ’07 tersebut merupakan idealisme terhadap perpustakaan. Oleh karenanya penerapan UU tersebut tidak hanya melulu tanggungjawab pemerintah, pustakawan, ataupun guru saja, tapi semua elemen masyarakat juga perlu ikut andil dalam membangun paradigma perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan untuk dikunjungi.
Tahu kenapa?, karena kita adalah PemustakaWan
Pemustaka adalah seseorang atau kelompok masyarakat yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan (UU No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 9)
Yuk, jadi pemustaka yang baik :)