Recent Post

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 14 April 2020

Dua Muka Sosmed di Tengah Pandemi Covid-19


Cara Menghindari Aksi Si Muka Dua di Tempat Kerja
(sumber gambar: money.kompas.com)

Social media atau nama singkatnya adalah sosmed merupakan salah satu media yang merambah luas di kalangan masyarakat, muda-tua, pria-wanita, marginal-metropolitan semuanya pasti kenal dengan makhluk yang bernama social media ini. Sebagai media yang paling banyak dipergunakan oleh masyarakat luas, sosmed merupakan salah satu alternatif media yang bisa kita gunakan untuk merefleksikan opini dan pandangan masyarakat.

Contoh yang akan saya angkat kali ini adalah mengenai topik Pandemi Covid-19. Penyakit yang disebabkan oleh Corona Virus ini telah masuk keindonesia sejak Maret 2020 lalu dan masih mewabah hingga tulisan ini saya post di blog saya, PemustakaWan. [semoga wabah ini segera berakhir ya Sob]

Melalui pengamatan sederhana terhadap postingan-postingan yang ada di media social, baik itu Instagram, Facebook, bahkan Youtube, bisa kita ketahui bersama bahwa media social telah memiliki “Dua Muka” di tengah wabah Covid-19 ini. “Dua Muka” yang saya maksudkan disini tak lain dan tak bukan adalah refleksi masyarakat atas kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk melakukan Social Distancing dan Physical Distancing, atau istilah jalanannya “Jaga Jarak”. Yakni ada satu sisi masyarakat yang pro dengan kebijakan tersebut dan di satu sisi yang lainnya ada masyarakat yang kontra dengan kebijakan tersebut.

Sebetulnya media yang menunjukkan dua muka ini sudah tidak asing dan bahkan hal itu wajar. Mengapa?, karena banyaknya orang yang menggunakan media social sudah pasti opini yang akan muncul pun beragam, pada umumnya ada yang pro dengan suatu peristiwa dan ada yang kontra dengan suatu peristiwa. Dalam konteks wabah Corona ini ya menyangkut kebijakan pemerintah itu tadi.

Sebagai tukang sapu-sapu masjid alias “Marbot”, fenomena dua muka tersebut benar-benar saya rasakan, terutama yang berkaitan dengan ibadah. Bagaimana tidak, pemerintah telah menetapkan kebijakan #dirumahaja dan #WorkFromHome sejak 16 Maret 2020 lalu dan masih berlaku hingga sekarang dan hingga tulisan ini saya buat keadaan belum menunjukkan penurunan. Fatwa MUI pusat pun sudah turun, salah satu poin fatwa MUI tersebut adalah ditiadakannya sholat berjamaah di masjid, termasuk sholat jum’at dan bahkan sholat Tarawih dan sholat Ied. Fatwa ini pun sudah didukung dengan turunnya surat edaran dari kemenag nomor 6 tahun 2020. Itu artinya, aktivitas keluar rumah (kecuali untuk keperluan yang tidak bisa ditangguhkan) termasuk sholat berjamaah di masjid tidak diperkenankan oleh pemerintah. Sebagai among masyarakat, sudah pasti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut sudah melalui pembahasan yang panjang dan dengan segala pertimbangan baik buruknya.

Namun, satu sisi muka sosmed menunjukkan respon yang sebaliknya. Beberapa kali saya menemukan cuplikan video ceramah ataupun broadcase an pesan wa yang merespon fatwa MUI tersebut dengan tindakan yang sebaliknya. Intinya adalah mengajak masyarakat khususnya umat Islam untuk tetap melaksanakan sholat di masjid.

Sebetulnya pembahasan mulai dari sini cukup sensitif dan berat karena menyangkut banyak aspek, ada unsur instruksi dari pemerintah, fatwa MUI, dan pendapat para ‘alim ulama.

Sebagai orang yang awam, saya tidak bisa berkomentar banyak mengenai hal tersebut di atas, apalagi ilmu agama saya masih minim, ilmu sosial saya di bidang ilmu perpustakaan pun juga belum seberapa. Namun, yang ingin saya tekankan di sini adalah, waspada dan hati-hati dalam menerima informasi. Baca dan teliti baik-baik informasi yang kita terima di sosmed kita. Dan yang paling utama periksa siapa yang memberikan pernyataan tersebut dan apa latar belakangnya, apakah yang bersangkutan berkompeten di bidang yang dibicarakan atau tidak, periksa pula sumber informasinya. Sebab di tengah tekanan wabah Corona ini, bisa jadi fokus kita tidak seperti biasanya karena adanya kekhawatiran terhadap si Corona. Terlebih pada media social semua orang bisa beropini di sana, iya jika yang disampaikan benar, jika salah atau bahkan hoax, ya kita juga kan yang akan kena imbasnya.


Oleh karena itu, mari cerdas bersosial media.
Salam, PemustakaWan :)